TEMPO.CO, Jakarta
- Mahalnya harga kedelai impor akibat melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika, tidak membuat permintaan kedelai lokal melonjak.
Padahal harga kedelai lokal dibanderol lebih murah. Misalnya di
distributor kelas menengah di Pasar Legi, Surakarta, Jawa Tengah, harga
kedelai lokal dibanderol Rp 6.600 per kilogram lebih murah dibandingkan
kedelai impor yang dipatok Rp 7.900.
Sofi, pegawai di distributor
Dele Mas, mengatakan alasan produsen tahu dan tempe enggan membeli
kedelai lokal karena komoditas ini sulit diolah. "Prosesnya lebih lama,"
katanya saat ditemui Tempo, Senin, 22 September 2014. (Baca: Rupiah Melemah, Harga Tahu Tempe Terancam Naik)
Saat
ini, mayoritas petani tengah panen raya di berbagai sentra penanaman
kedelai membuat pasokan kedelai lokal membanjiri pasaran. Namun minat
produsen tahu dan tempe membeli kedelai lokal tergolong rendah. Lesunya
permintaan membuat pedagang kedelai tidak menyediakan kedelai lokal
dalam jumlah besar.
Seorang distributor kedelai di Pasar Legi,
Surakarta, Santoso mengatakan mengambil kedelai lokal dari Ngawi dan
Madiun, Jawa Timur. Menurut dia, kedelai lokal masih dibutuhkan produsen
tahun dan tempe sebagai campuran dengan kedelai impor. Komposisinya 1:5
untuk kedelai impor. Santoso menilai dari segi kualitas kedelai impor
lebih banyak kotorannya. "Bercampur kerikil dan tanah liat," katanya.
Sumber:http://www.tempo.co/read/news/2014/09/22/092608836/kedelai-impor-mahal-kedelai-lokal-sepi-peminat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar